Contoh
kasus
Di suatu
perusahaan A, direktur mereka digantikan oleh direktur yang baru. Semenjak
direktur baru tersebut menduduki jabatannya diperusahaan tersebut ia mengganti
beberapa peraturan kantor sesuai dengan wewenang yang telah ia buat. Sepeti dihapusnya
uang makan karyawan dan tidak adanya bonus tahunan, walaupun para karyawan
tidak setuju dengan peraturan tersebut direktur tetap menetapkan peraturan itu.
Akibatnya para karyawan bermalas-malasan untuk bekerja dan akan berdampak pada
kinerja perusahaan.
Teori
Perubahan organisasi
Organisasi menghadapi lingkungan yang
selalu berubah dan dinamis. Untuk dapat bertahan organisasi itu harus
menyesuaikan dengan lingkungan. Perubahan merupakan suatu modifikasi ataupun
berubahnya suatu sistem dalam sebuah organisasi. Perubahan organisasi artinya
perubahan dalam organisasi seperti menambahkan orang baru, memodifikasi suatu
program, merubah misi, susunan dan sistem-sistem dalam sebuah
organisasi.Istilah perubahan ( change ) bukan lagi istilah yang biasa dalam
kehidupan sehari- hari. Disini perubahan merupakan membuat sesuatu menjadi
lain. Dan perubahan dapat juga diartikan membawa ke arah penyempurnaan dan
berbeda dengan keadaan sebelum terjadi perubahan. Perubahan yang tidak mengarah
ke kemajuan dan masih mempertahankan sikap dan cara-cara yang tidak
efisien,perubahan semacam ini bukan merupakan pembinaan organisasi.
Masalah Dalam Perubahan
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah
yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”.
Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan.
Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya
penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang
standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya
mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga
tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi
berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi
meningkat, dan lain sebagainya.
Mengatasi Penolakan Atas Perubahan
Stephen P. Robbins dalam bukunya Organizational Behavior mengusulkan enam
taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan:
1. Pendidikan dan Komunikasi
Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
2. Partisipasi
Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan
Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan
3. Memberikan kemudahan dan dukungan
Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
4. Negosiasi
Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka
Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka
5. Manipulasi dan Kooptasi
Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memelintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memelintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
6. Paksaan
Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.
Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.
MANAJEMEN
STRES
Stress adalah reaksi
tubuh terhadap situasi yang tampak sulit dan membuat ketidakseimbangan dalam
hidup. Manajemen stres adalah kemampuan
untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian
yang ada memeberi tuntutan yang berlebihan.
Apabila ditinjau dari penyebab
stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan
sebagai berikut :
· Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang
terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau
tersengat arus listrik.
· Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat,
obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
· Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri,
atau parasit yang menimbulkan penyakit.
· Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur,
fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak
normal.
· Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan
oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
· Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.
Kesimpulan
dari contoh kasus diatas yaitu direktur perusahaan telah melakukan perubahan di
dalam organisasi yang dapat menimbulkan masalah dalam perusahaan dengan tidak
melakukan musyawarah terlebih dahulu pada karyawannya dan tidak ada kesepakatan
bersama. Sehingga dapat berdampak pada kinerja perusahaan. Dan menimbulkan
stress pada karyawan dengan peraturan baru yang dibuat oleh direktur
perusahaan.
Saran
untuk kasus diatas sebaiknya direktur yang baru boleh saja jika ingin membuat
peraturan baru untuk menggantikan peraturan yang lama. Tetapi setiap perubahan
harus dimusyawarahkan terlebih dahulu oleh anggota karyawannya, sehingga
mencapai kesepakatan bersama. Dan karyawan pun tidak akan bermalas-malasan untuk
bekerja karena mereka juga memiliki hak untuk berpendapat. Stress pun tidak akan timbul dalam diri
mereka.
Daftar
Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar