Senin, 23 November 2015

Leadership

Konflik Buruh Dengan PT Megariamas

Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu-Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT Megariamas Sentosa, Selasa (23/9) siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta Utara di Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang mempekerjakan mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari raya (THR).
Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko 36 Q, Pluit, Penjaringan, Jakut, datang sekitar pukuk 12.00 WIB. Sebelum ditemui Kasudin Nakertrans Jakut, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam poster yang mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR merupakan kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4/1994 tentang THR.
Demonstrasi ke Kantor Nakertrans bukan yang pertama, sebelumnya ratusan buruh ini juga mengadukan nasibnya karena perusahan bertindak sewenang-wenang pada karyawan. Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan karena dinilai terlalu vokal. Akibatnya, kasus konflik antar buruh dan manajemen dilanjutkan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Karena itu, pihak manajemen mengancam tidak akan memberikan THR kepada pekerjanya.
Mengetahui hal tersebut, ratusan buruh PT Megariamas Sentosa mengadu ke kantor Sudin Nakertrans Jakut. Setelah dua jam menggelar orasi di depan halaman Sudin Nakertrans Jakut, bahkan hendak memaksa masuk ke dalam kantor. Akhirnya perwakilan buruh diterima oleh Kasudin Nakertrans, Saut Tambunan di ruang rapat kantornya. Dalam peryataannya di depan para pendemo, Sahut Tambunan berjanji akan menampung aspirasi para pengunjuk rasa dan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Selain itu, Sahut juga akan memanggil pengusaha agar mau memberikan THR karena itu sudah kewajiban.Sesuai peraturan, karyawan dengan masa kerja di atas satu tahun berhak menerima THR. Sementara bagi karyawan dengan masa kerja di bawah satu tahun di atas tiga bulan, THR-nya akan diberikan secara proporsional atau diberikan sebesar 3/12X1 bulan gaji. Karyawan yang baru bekerja di bawah tiga bulan bisa daja dapat tergantung dari kebijakan perusahaan.
Saut menambahkan, sejauh ini sudah ada empat perusahaan yang didemo karena mangkir membayar THR. “Sesuai dengan peraturan H-7 seluruh perusahaan sudah harus membayar THR kepada karyawannya. Karena itu, kami upayakan memfasilitasi. Untuk kasus karyawan PT Megariamas Sentosa memang sedang ada sedikit permasalahan sehingga manajemen sengaja menahan THR mereka. Namun, sebenarnya itu tidak boleh dan besok kami upayakan memfasilitasi ke manajemen perusahaan.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk kawasan Jakarta Utara tercatat ada sekitar 3000 badan usaha atau perusahaan di sektor formal. Untuk melakukan monitoring, pihaknya menugaskan 15 personel pengawas dan 10 personel mediator untuk menangani berbagai kasus seperti kecelakaan kerja, pemutusan hubungan kerja, tuntutan upah maupun upah normatif dan THR. “Kami masih kekurangan personel, idealnya ada 150 personel pengawas dan 100 personel mediator,” tandas Saut Tambunan

DEFINISI DAN TEORI KEPEMIMPINAN

A.    Sifat Dasar Kepemimpinan

Sebelum membahas lebih lanjut apa itu kepemimpinan dan bagaimana menjadi
pemimpin yang efektif, kita perlu tahu apa arti dari kepemimpinan itu sendiri.
Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat
sejak masa dahulu. Sejak saat itu para ahli telah menawarkan 350 definisi tentang
kepemimpinan. Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa “Kepemimpinan merupakan salah
satu fenomena yang paling mudah di observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling
sulit dipahami” (Richard L. Daft,1999). Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu
masalah yang kompleks dan sulit, karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang
sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan
sehingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.

B. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman.
Arti kata-kata ketua atau raja yang dapat ditemukan dalam beberapa bahasa hanyalah untuk
menunjukan adanya pembedaan anatara pemerintah dari anggota masyarakat lainnya.
Banyaknya konsep defiisi kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak jumlah
orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya. Untuk lebih mempermudah pemahaman
kita, maka akan diacuh satu definisi yang kiranya mampu menjadi landasan untuk membahas
konsep kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling
mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan
nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993).
Unsur kunci dari definisi ini dirangkum pada gambar dibawah ini. Kepemimpinan
melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang
menginginkan perubahan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang
dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal
ini berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif,
tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian
kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi.

GAYA KEPEMIMPINAN (DR. R.Benfari)GAYA KEPEMIMPINAN SESEORANG DITENTUKAN OLEH 4 KOMPONEN:
1.         Bagaimana Orang tersebut memandang atau menilai dunia sekitar(MBTI):*Ekstrovert –Introvert (Sikap Dasar)*Sensing -Intuition (Fungsi-mempersepsi)* Thinking -Feeling (Fungsi-menilai)*Judging-Perceiving (Orientasi)
2.         Bagaimana Orang tersebut memperoleh kepuasan ( motif Prestasi, Dominasi/ Kuasa, dan Afiliasi/ Persahabatan, oleh D.McLalland)
3.         Bagaimana Orang tersebut Menangani Konflik (sumber GRIPS= Goals, Roles, Interpersonal, Procedures, Structure).
4.         Bagaimana Orang tersebut menggunakan Kuasa:*Kekuasaan Wewenang (Authority Power)*Memberi Imbalan (Reward Power)*Berafiliasi (Affiliative Power)*Keahlian (Expert Power)*Memaksa (Coercive Power)*Anutan –Karismatik (Referent Power)*Akses Informasi (Information Power)*Kekuasaan Kelompok (Group Power).

PERILAKU KEPEMIMPINAN VISIONER

( James M. Kouzes & Barry Z. Posmer )
1.Memimpin untuk masa depan( memiliki visi yang tercermin dalam sikap dan perilaku pemimpin)
2.Mencari peluang yang menantang( Tidak menyenangi status quo, dan menyenangi “adveanturing”)
3.Berani mencoba dan siap menanggung resiko (calculated risk).
4.Menciptakan iklim kerja organisasi ( keterbukaan, kerjasama, peluang interaksi, memberikan reward and punishment)
5.Membangun dan mengembangkan mitra kerja
6.Menampilkan keteladanan
7.Merencanakan keberhasilan bertahap
8.Menghargai peran setiap individu
9. Membangun “Job Satisfaction”

Kesimpulan

Dengan membaca artikel diatas kita mendapatkan salah satu contoh kasus suatu konflik yang terjadi dalam suatu organisasi perusahaan, didalam kasus ini terlihat bahwa seorang pemimpin berlaku tidak bertanggung jawab, tidak adil dan tidak jujur terhadap bawahannya dalam memimpin dan menjalankan suatu perusahan. Mereka beretika tidak baik dengan tidak memberikan hak para buruh, berbohong pada buruh, tidak memberikan hak THR, bisa memecat buruh yang menurut mereka terlalu vokal dengan mudah dan senantiasa mempermainkan para bawahannya terutama buruh dengan bertindak sangat tidak bijaksana sebagai seorang yang memiliki kekuasaan di dalam perusahaan. Kasus seperti ini jelas sangat berpengaruh terhadap terjadinya sebuah konflik. Kasus etika dan sikap pemimpin adalah penyebab utama terjadinya konflik dalam kasus ini. Bila kasus seperti ini semakin banyak maka semakin banyak pula buruh yang akan menjadi korban para pemilik perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan bertindak sewenang-wenang seperti contoh kasus diatas. Bila kasus ini tidak selesai dengan cara mediator atau jika dengan cara mediator maka perlu adanya proses hukum karena pemilik telah melanggar hak seseorang dan telah melanggar hukum yang berlaku tentang pemberian THR kepada tenaga kerja. Mungkin ini adalah salah satu solusi yang mungkin bisa menyelesaikan konflik dalam perusahaan seperti ini dan sebaiknya para pengusaha memperlakukan bawahannya dengan sebaik-baiknya dengan memberikan hak sesuai dengan kewajiban mereka di perusahaan.

Saran dari masalah diatas sebaiknya pemimpin memberikan hak karyawan sesuai dengan apa yang harus mereka dapatkan. Memang sebagian besar perusahaan memberikan sebagian keuntungannya untuk memberikan THR kepada karyawannya itu sudah menjadi salah satu kewajiban perusahaan. Setiap perusahaan juga harusnya memiliki pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, yang dapat bertanggung jawab pada seluruh karyawan dan lebih mementingkan kesuksesan bersama daripada kesuksesan pada diri sendiri.

Daftar Pustaka :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar