Senin, 09 November 2015

Attitudes and Job Satisfaction

        Contoh Kasus : PT. Bina Hasada adalah perusahaan produk obat-obatan yang terkemuka di Indonesia. Para karyawan merasa sikap dan kepuasan kerja dalam perusahaan yang ditimbulkan kurang baik sehingga menyebabkan mereka untuk berdemonstrasi terhadap para pemegang kekuasaan utama di perusahaan tersebut. Tindakan untuk menuntut haknya harus dipenuhi itu berdampak menjadi anarkis tepatnya di depan perusahaan tersebut.

        Teori

ATTITUDES

Attitude adalah penyataan evaluatif (evaluative statements) yang dapat menguntungkan maupun tidak menguntungkan, dan mengenai obyek, manusia, atau kejadian.Atittude menggambarkan bagaimana perasaan dengan suatu hal.

3 komponen attitude : cognition, affect, dan behavior.
Contoh dari cognition : kepercayaan mengatakan bahwa “pria lebih tinggi derajatnya disbanding wanita” hal ini merupakan value statement.
Affect : adalah emosional atau bagian perasaan dari attitude, selain itu affect dapat menjadi pemicu dari behavioral outcomes (hasil perilaku).
Behavioral component dari attitude berhubungan dengan tujuan untuk berperilaku di jalan yang pasti terhadap seseorang atau suatu hal.
Dalam suatu organisasi attitude termasuk hal yang penting,karena mempengaruhi perilaku pekerjaan.

Tipe-Tipe dari Attitude :
Fokus perhatian kita pada organization behavior  yaitu work-related attitude,yang dapat menjadi evaluasi positif maupun negative pekerja berkaitan dengan  aspek lingkungan kerjanya.
Organization Behavior berkonsentrasi pada tiga attitude yaitu: job satisfaction, job involvement dan organizational commitment.

Penjelasannya :

·         Job satisfaction : kondisi mengenai sikap individu secara umum berdasarkan pekerjaannya. Seseorang yang mempunyai tingkatan tinggi pada job satisfaction pasti memiliki sikap yang baik pada pekerjaannya dan sebaliknya.

·         Job involvement :  merupakan sejauh mana seseorang mengidentifikasi pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi dalam pekerjaan dan menganggap penampilannya atau kinerjanya untuk harga dirinya.

·         Organizational commitment : kondisi sejauh mana karyawan dapat mengidentifikasi dengan sebuah organisasi tertentu dan tujuannya, dan ada keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi,dan juga berkaitan dengan loyalitas pekerja dengan pekerjaannya.

Attitude dan Consistency
Pada umumnya,individu berusaha untuk mendamaikan perilaku mereka yang berbeda dan menyelaraskan sikap serta perilaku sehingga individu muncul rasional dan konsisten. Jika tidak terjadi konsistensi, maka individu akan memulai kembali  untuk menyeimbangkannya agar tetap konsisten.

Cognitive Dissonace Theory
Cognitive dissonance lebih mengarah pada adanya beberapa ketidakcocokan yang menyebabkan individu dapat merasakan beberapa diantara attitude, atau antara attitude dan kebiasaan. Festinger mengatakan bahwa beberapa dari ketidak konsistenan itu membuat tidak nyaman dan individu akan berupaya mengurangi perselisihan dan ketidaknyamanan. Bahkan individu akan bersembunyi pada kondisi yang stabil dimana tingkat prselisihan rendah. Harapan untuk mengurangi perselisihan yang ditentukan dari kepentingan dari pengaruh individu tersebut terlibat dalam perselisihan.

Measuring the A-B relationship
Variabelmoderat  Perantara yang terkuat telah ditemukan untuk menjadi yang terpenting dalam attitude adalah kekhususan, aksesbilitas, tekanan sosial, ataupun pengalaman langsung mengenai attitude.

Attitude menjadi penting karena:

1.      mencerminkan nilai dasar. Contohnya kepuasan seorang pegawai dalam pekerjaan terhadap turn over pegawai tersebut;

2.      kepentingan pribadi. Kita akan mudah dalam mengingat attitude yang sering diekspresikan. Sehinnga ketika kita mengingat attitude tersebut maka kita dapat membentuk kebiasaan / kelakuan yang harus digunakan dengan mudah;

3.      penilaian terhadap individu atau kelompok. Ketidak cocokan antara attitude dan kebiasaan akan terjadi ketika ada lingkungan menekan untuk berperilaku tertrntu untuk menahan kekuatan yang tidak biasa. Hal ini cendrung membentuk kebiasaan dalam organisasi. Contohnya pekerja yang menginginkan kenaikan gaji, apabila tidak dituruti maka akan melakukan demo bahkan resend.
Pertimbangan individu terhadap attitude cendrung menunjukan kekuatan hubungan dengan kebiasaan.

Self-perception theory meskipun studi tentang hubungan antara attitude dengan kebiasaan memiliki hasil yang positif , para peneliti menerima korelasi yang tinggi dengan mengikuti arah yang lain yaitu kebiasaan tidak mempengaruhi attitude. Pandangan ini yang disebut sebagai self-perception theory.
Sudah mendapat dukungan.Ketika hubungan traditional antara attitude-kebiasaan adalah hubungan yang positif, maka hubungan tersebut sangat kuat.Hal ini bisa benar terutama jika attitude lemah dan ambigu.

        Kesimpulan, dengan Nilai nilai tersebut diatas maka timbul sikap yang diakibatkan oleh :

1. Job Satisfaction berkurang ,ditandai dengan demonstrasi dengan tuntutan perbaikan fasilitas dan kompensasi yang meningkat tiap tahun
2. Job Involvement berkurang, karena merasa dianggap tidak mampu sehingga menyentuh ego harga diri mereka Organizational Commitment adalah personal need, mereka lebih mementingkan uang yang bisa masuk ke kantung mereka ketimbang profesionalisme perusahaan secara keseluruhan.
3. Dan terbentuknya sikap itu membuat mereka memilih untuk mengungkapakan ketidak puasan mereka secara Respon Voice (aktif dan konstruktiv), mereka mengeluarkan suara dengan cara demontrasi. Intinya mereka tetap mau supaya transportasi tidak diserahkan pada pihak luar tapi tetap dijalankan oleh mereka.

        Saran dari masalah diatas seharusnya perusahaan melakukan kebijakan yang tidak merugikan karyawan dan memberikan fasilitas kerja kepada karyawan dan memberikan hak karyawan sesuai dengan apa yang telah ia berikan kepada perusahaan. Sehingga karyawan mendapatkan kepuasan dalam bekerja, dan jika perusahaan ingin mengubah kebijakan-kebijakan yang lama maka perusahaan harus memperlajari terlebih dahulu konsep-konsep nilai, sikap dan kepuasan kerjanya. Jika hal tersebut diterapkan oleh perusahaan maka tidak akan terjadi demo yang dilakukan oleh karyawan dan karyawan pun tidak akan berprilaku anarkis.

        DAFTAR PUSTAKA :


               




Tidak ada komentar:

Posting Komentar